Skip to main content

Mengidolakan Sih Boleh, Tapi Ya Ga Gitu Juga....

Sebenarnya baik, kalau kita menyukai seseorang bahkan sampai mengidolakan. Tetapi sangat tidak baik, kalau kita memaksakan kehendak supaya seseorang itu menjadi seperti yang kita mau.

Kejadian ini bermula ketika saya menjadi guru. Guru itu memang harus memasang dan beraksi di depan murid-muridnya. Berani, tegas, dan pintar harus terlihat. Tetapi sikap manis, senyum, ramah tidak selalu dan tidak mutlak diberikan oleh seorang guru kepada muridnya. Sebagai contoh ketika ada seorang murid ramai sendiri di kelas saat guru menerangkan, ketika ada murid yang bicara kurang sopan di kelas, ketika murid tidak mengerjakan tugas, apakah guru harus senyum kepada murid itu? Tentu jawabannya adalah TIDAK. Dengan tegas, saya menjawab TIDAK. Guru adalah seorang yang diberi tugas oleh Tuhan dan Negara untuk mendidik murid menjadi lebih baik.
Dan kepada seluruh murid, saya sampaikan bahwa jangan pernah sakit hati kepada guru yang telah memarahi kamu karena apabila guru marah artinya guru ingin membenahi yang tidak benar menjadi benar, yang tidak baik menjadi baik. Atau mungkin sering kita dengar dari cuplikan nasihat-nasihat guru yang sering terlontar ke telinga murid bahkan telinga saya saat saya masih duduk di bangku sekolah "guru marah kepada kamu artinya guru menyayangi kamu".
Tentang idola, seorang murid pasti punya seorang guru yang diidolakan atau sering disebut guru favorit. Ketika kita mengidolakan seseorang, mungkin tidak ada masalah. Tetapi pernah saya jumpai seorang murid, yang pernah saya ajar. Dia kebetulan suka dengan materi yang saya ajar sehingga biasanya pun saya menjadi guru idolanya. Materi disiplin saya adalah materi eksak, yang pastinya tidak bisa dibuat senda gurau. Pernah murid itu mengatakan hal yang tidak seharusnya di kelas atau clometan dan saya sebagai gurunya yang pada saat itu sedang menjelaskan materi, tentu tidak senang dengan sikapnya karena mengganggu proses kegiatan belajar mengajar yang sudah saya susun. Tentu saya marah, dan yang terjadi adalah dia membuat coretan yang luar biasa seperti bola benang ruwet tergambar di buku materi yang dengan maksud dia ingin menunjukkan kepada saya betapa kecewanya dia terhadap saya. Dan masih ada lagi kejadian-kejadian lain, yang dia lakukan dan berakibat saya marah. Dan lama-kelamaan rasa suka dia terhadap saya dan materi saya meluntur. Harusnya dia tidak perlu seperti itu, kalau dia tahu bahwa dia salah. Rasa sedih yang hadir dalam benak saya dan hal itu menjadi masalah.
Jadi menurut saya, supaya kita menjalani segalanya dengan baik, tentram, dan hati tenang, kita kerjakan saja apa menjadi kewajiban kita dan tidak perlu meminta imbalan yang setimpal dengan kegiatan positif kita. Lebih jelasnya, belajar ya belajar saja, belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain, bukan untuk gurunya, dan bukan untuk idolanya. Kebahagiaan dan kedewasaan diri kita pasti akan terbentuk baik dan luar biasa.
Semangat untuk guru dan murid, bersatulah dan bekerjasamalah untuk membangun negara kita tercinta, INDONESIA!!!

Comments

Popular posts from this blog

Iman (PU 9 Sept 2019)

Selamat pagi bapak ibu guru yang saya hormati dan juga anak2 semua yang saya banggakan. Profil lulusan sekolah kita salah satunya adalah siswa yang beriman. Iman adalah suatu prinsip hidup yang berketuhanan, dimana hati dan perasaan, akal dan pemikiran, ucapan dan tindakan haruslah sama. Maka orang yang beriman adalah orang yang memiliki prinsip hidup berketuhanan dan memiliki konsistensi diri. Orang yang memiliki iman yang kuat, pasti orang tersebut memiliki hati dan perasaan yang tulus, akal dan pemikiran yang baik, serta ucapan dan tindakan yang berakhlak. Apabila dikaitkan dalam kehidupan di sekolah, sebagai siswa yang beriman, tentu akan memiliki prinsip untuk berlaku baik terhadap teman2 (tidak ada pembullyan, tidak ada yang berkata kotor, berkata kasar, tidak ada yang berlagak bosy atau sok kaya, sok pintar, sok keren, sok kakak kelas, dan sok sok yang lain), berlaku sopan terhadap bapak ibu guru (tidak ada yang bicara kurang hormat kurang sopan baik dengan guru2 muda maupun

TERBIASA

Suatu ketika di tengah kesibukanku, tiba-tiba aku merasakan hal yang tak terduga. Sekilas aku teringat masa lalu yang sangat membuatku bahagia. Di mana aku selalu bisa tertawa tanpa henti, lupa akan semua masalah yang aku punya, merasa aku adalah seorang dewi yang tak punya sayap. Aku bisa melayang di udara tanpa ada bantuan kepakan sayapku, cuma karena tutur katamu dan canda tawamu yang sempat dan pernah terlontar untukku. Sungguh sangat bahagia. Tetapi entah mengapa selanjutnya pahit terlintas di benakku, dimana aku merasa kesepian mendadak, dan serasa hidup ini sungguh sangat sulit. Beban yang berat, masalah yang tak terselesaikan seolah menempel di pundakku. Ketika saat itu harusnya kamu menemaniku, tetapi kamu tak kunjung datang. Seolah aku seperti kertas tugas atau koreksian yang terlupakan oleh guruku, terbang melayang tertiup angin, ingin sekali melambaikan tangan, tapi tak sanggup, apa daya karena keterbatasan diri. Seolah aku seperti kayu kering dan lapuk yang akhirnya tidak

Ingin kubuka

Takterasa udah sekian lamanya, aku membungkam diri, sampai aku ga tau bagaimana cara untuk melepasnya. Saat ini yang kurasakan adalah capek dengan menutup diri. Ingin sekali-kali aku membukanya, tapi mengapa ada perasaan takut sering muncul. Andai aku itu orang yang super cu-ek bebek, pasti aku ga akan jadi seperti ini. Dikit-dikit kepikiran, dikit-dikit takut salah, dikit-dikit galau. Woyyy, adakah yang bisa ngajari saya? Ternyata cuek itu penting, biar kita tidak merasa diinjak-injak orang. Capek capek capek... Ingin kuungkapkan terus, tapi bagaimana lagi. Aku tidak bisa apa-apa. Pertanyaanku: apakah aku akan seperti ini terus? Jawabku: GA BOLEH. Pertanyaanku lagi: tapi gimana caranya? Jawabku: mmmm ya ga tau... Mana aku tau? Ekspresiku dalam benak : huwaaaaaa.... Nangisss tiada henti, meratapi nasib. Mungkin inilah hidupku, yang mempunyai tantangan akan membebaskan diri dari belenggu yang tidak jelas adanya. Hanya diam, mau bilang takut salah, mau bicara takut dikira sombong