Sebenarnya baik, kalau kita menyukai seseorang bahkan sampai mengidolakan. Tetapi sangat tidak baik, kalau kita memaksakan kehendak supaya seseorang itu menjadi seperti yang kita mau.
Kejadian ini bermula ketika saya menjadi guru. Guru itu memang harus memasang dan beraksi di depan murid-muridnya. Berani, tegas, dan pintar harus terlihat. Tetapi sikap manis, senyum, ramah tidak selalu dan tidak mutlak diberikan oleh seorang guru kepada muridnya. Sebagai contoh ketika ada seorang murid ramai sendiri di kelas saat guru menerangkan, ketika ada murid yang bicara kurang sopan di kelas, ketika murid tidak mengerjakan tugas, apakah guru harus senyum kepada murid itu? Tentu jawabannya adalah TIDAK. Dengan tegas, saya menjawab TIDAK. Guru adalah seorang yang diberi tugas oleh Tuhan dan Negara untuk mendidik murid menjadi lebih baik.
Dan kepada seluruh murid, saya sampaikan bahwa jangan pernah sakit hati kepada guru yang telah memarahi kamu karena apabila guru marah artinya guru ingin membenahi yang tidak benar menjadi benar, yang tidak baik menjadi baik. Atau mungkin sering kita dengar dari cuplikan nasihat-nasihat guru yang sering terlontar ke telinga murid bahkan telinga saya saat saya masih duduk di bangku sekolah "guru marah kepada kamu artinya guru menyayangi kamu".
Tentang idola, seorang murid pasti punya seorang guru yang diidolakan atau sering disebut guru favorit. Ketika kita mengidolakan seseorang, mungkin tidak ada masalah. Tetapi pernah saya jumpai seorang murid, yang pernah saya ajar. Dia kebetulan suka dengan materi yang saya ajar sehingga biasanya pun saya menjadi guru idolanya. Materi disiplin saya adalah materi eksak, yang pastinya tidak bisa dibuat senda gurau. Pernah murid itu mengatakan hal yang tidak seharusnya di kelas atau clometan dan saya sebagai gurunya yang pada saat itu sedang menjelaskan materi, tentu tidak senang dengan sikapnya karena mengganggu proses kegiatan belajar mengajar yang sudah saya susun. Tentu saya marah, dan yang terjadi adalah dia membuat coretan yang luar biasa seperti bola benang ruwet tergambar di buku materi yang dengan maksud dia ingin menunjukkan kepada saya betapa kecewanya dia terhadap saya. Dan masih ada lagi kejadian-kejadian lain, yang dia lakukan dan berakibat saya marah. Dan lama-kelamaan rasa suka dia terhadap saya dan materi saya meluntur. Harusnya dia tidak perlu seperti itu, kalau dia tahu bahwa dia salah. Rasa sedih yang hadir dalam benak saya dan hal itu menjadi masalah.
Jadi menurut saya, supaya kita menjalani segalanya dengan baik, tentram, dan hati tenang, kita kerjakan saja apa menjadi kewajiban kita dan tidak perlu meminta imbalan yang setimpal dengan kegiatan positif kita. Lebih jelasnya, belajar ya belajar saja, belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain, bukan untuk gurunya, dan bukan untuk idolanya. Kebahagiaan dan kedewasaan diri kita pasti akan terbentuk baik dan luar biasa.
Semangat untuk guru dan murid, bersatulah dan bekerjasamalah untuk membangun negara kita tercinta, INDONESIA!!!
Kejadian ini bermula ketika saya menjadi guru. Guru itu memang harus memasang dan beraksi di depan murid-muridnya. Berani, tegas, dan pintar harus terlihat. Tetapi sikap manis, senyum, ramah tidak selalu dan tidak mutlak diberikan oleh seorang guru kepada muridnya. Sebagai contoh ketika ada seorang murid ramai sendiri di kelas saat guru menerangkan, ketika ada murid yang bicara kurang sopan di kelas, ketika murid tidak mengerjakan tugas, apakah guru harus senyum kepada murid itu? Tentu jawabannya adalah TIDAK. Dengan tegas, saya menjawab TIDAK. Guru adalah seorang yang diberi tugas oleh Tuhan dan Negara untuk mendidik murid menjadi lebih baik.
Dan kepada seluruh murid, saya sampaikan bahwa jangan pernah sakit hati kepada guru yang telah memarahi kamu karena apabila guru marah artinya guru ingin membenahi yang tidak benar menjadi benar, yang tidak baik menjadi baik. Atau mungkin sering kita dengar dari cuplikan nasihat-nasihat guru yang sering terlontar ke telinga murid bahkan telinga saya saat saya masih duduk di bangku sekolah "guru marah kepada kamu artinya guru menyayangi kamu".
Tentang idola, seorang murid pasti punya seorang guru yang diidolakan atau sering disebut guru favorit. Ketika kita mengidolakan seseorang, mungkin tidak ada masalah. Tetapi pernah saya jumpai seorang murid, yang pernah saya ajar. Dia kebetulan suka dengan materi yang saya ajar sehingga biasanya pun saya menjadi guru idolanya. Materi disiplin saya adalah materi eksak, yang pastinya tidak bisa dibuat senda gurau. Pernah murid itu mengatakan hal yang tidak seharusnya di kelas atau clometan dan saya sebagai gurunya yang pada saat itu sedang menjelaskan materi, tentu tidak senang dengan sikapnya karena mengganggu proses kegiatan belajar mengajar yang sudah saya susun. Tentu saya marah, dan yang terjadi adalah dia membuat coretan yang luar biasa seperti bola benang ruwet tergambar di buku materi yang dengan maksud dia ingin menunjukkan kepada saya betapa kecewanya dia terhadap saya. Dan masih ada lagi kejadian-kejadian lain, yang dia lakukan dan berakibat saya marah. Dan lama-kelamaan rasa suka dia terhadap saya dan materi saya meluntur. Harusnya dia tidak perlu seperti itu, kalau dia tahu bahwa dia salah. Rasa sedih yang hadir dalam benak saya dan hal itu menjadi masalah.
Jadi menurut saya, supaya kita menjalani segalanya dengan baik, tentram, dan hati tenang, kita kerjakan saja apa menjadi kewajiban kita dan tidak perlu meminta imbalan yang setimpal dengan kegiatan positif kita. Lebih jelasnya, belajar ya belajar saja, belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain, bukan untuk gurunya, dan bukan untuk idolanya. Kebahagiaan dan kedewasaan diri kita pasti akan terbentuk baik dan luar biasa.
Semangat untuk guru dan murid, bersatulah dan bekerjasamalah untuk membangun negara kita tercinta, INDONESIA!!!
Comments
Post a Comment