Takterasa udah sekian lamanya, aku membungkam diri, sampai aku ga tau bagaimana cara untuk melepasnya. Saat ini yang kurasakan adalah capek dengan menutup diri. Ingin sekali-kali aku membukanya, tapi mengapa ada perasaan takut sering muncul. Andai aku itu orang yang super cu-ek bebek, pasti aku ga akan jadi seperti ini. Dikit-dikit kepikiran, dikit-dikit takut salah, dikit-dikit galau. Woyyy, adakah yang bisa ngajari saya? Ternyata cuek itu penting, biar kita tidak merasa diinjak-injak orang. Capek capek capek... Ingin kuungkapkan terus, tapi bagaimana lagi. Aku tidak bisa apa-apa. Pertanyaanku: apakah aku akan seperti ini terus? Jawabku: GA BOLEH. Pertanyaanku lagi: tapi gimana caranya? Jawabku: mmmm ya ga tau... Mana aku tau? Ekspresiku dalam benak : huwaaaaaa.... Nangisss tiada henti, meratapi nasib. Mungkin inilah hidupku, yang mempunyai tantangan akan membebaskan diri dari belenggu yang tidak jelas adanya. Hanya diam, mau bilang takut salah, mau bicara takut dikira sombong
Suatu ketika di tengah kesibukanku, tiba-tiba aku merasakan hal yang tak terduga. Sekilas aku teringat masa lalu yang sangat membuatku bahagia. Di mana aku selalu bisa tertawa tanpa henti, lupa akan semua masalah yang aku punya, merasa aku adalah seorang dewi yang tak punya sayap. Aku bisa melayang di udara tanpa ada bantuan kepakan sayapku, cuma karena tutur katamu dan canda tawamu yang sempat dan pernah terlontar untukku. Sungguh sangat bahagia. Tetapi entah mengapa selanjutnya pahit terlintas di benakku, dimana aku merasa kesepian mendadak, dan serasa hidup ini sungguh sangat sulit. Beban yang berat, masalah yang tak terselesaikan seolah menempel di pundakku. Ketika saat itu harusnya kamu menemaniku, tetapi kamu tak kunjung datang. Seolah aku seperti kertas tugas atau koreksian yang terlupakan oleh guruku, terbang melayang tertiup angin, ingin sekali melambaikan tangan, tapi tak sanggup, apa daya karena keterbatasan diri. Seolah aku seperti kayu kering dan lapuk yang akhirnya tidak