Suatu ketika di tengah kesibukanku, tiba-tiba aku merasakan hal yang tak terduga. Sekilas aku teringat masa lalu yang sangat membuatku bahagia. Di mana aku selalu bisa tertawa tanpa henti, lupa akan semua masalah yang aku punya, merasa aku adalah seorang dewi yang tak punya sayap. Aku bisa melayang di udara tanpa ada bantuan kepakan sayapku, cuma karena tutur katamu dan canda tawamu yang sempat dan pernah terlontar untukku. Sungguh sangat bahagia. Tetapi entah mengapa selanjutnya pahit terlintas di benakku, dimana aku merasa kesepian mendadak, dan serasa hidup ini sungguh sangat sulit. Beban yang berat, masalah yang tak terselesaikan seolah menempel di pundakku. Ketika saat itu harusnya kamu menemaniku, tetapi kamu tak kunjung datang. Seolah aku seperti kertas tugas atau koreksian yang terlupakan oleh guruku, terbang melayang tertiup angin, ingin sekali melambaikan tangan, tapi tak sanggup, apa daya karena keterbatasan diri. Seolah aku seperti kayu kering dan lapuk yang akhirnya tidak bisa digunakan apa-apa, hidup tanpa peran, tak bisa membangun rangka tenda yang kokoh. Sungguh rapuh. Sakit. Sedih.
Lalu kuhempas kepedihan itu, kugeleng-gelengkan kepalaku, menganggap hal itu tak pernah ada. Dan hey! tiba-tiba aku tersorot sinar lembut datang menyapaku, aku teringat akan sesuatu hal yang hangat, hal yang membuatku merasa nyaman ketika aku mendapatkan sinarmu, senyummu, sapamu, tawamu... Meski cuma sekilas dan sekejap saja... Bisa dihitung detik, mungkin malah milidetik...
Sekali lagi sungguh hangat nyaman dan ingin sekali aku berhenti di detik itu. Membeku diam berdua hanya menatap melihat senyummu tawamu yang sungguh keluar dari hati. Sampai sampai aku punya mimpi, aku mendekapmu, dan memegang tanganmu dengan penuh ketulusan hati hingga kamu merasakan semua yang ada di hatiku. Rasa ini sungguh tak bisa kupungkiri, masih ada, masih menempel di hati. Mungkin aku sayang kamu. Mungkin aku juga suka kamu.
Aku hanya mengikuti rasa ini, aku tak berharap banyak, cuma memperhatikanmu saja dari jauh, yang kubisa. Karena memang situasi dan kondisiku saat ini yang membuat hal itu tidak mungkin. Pasti semua yang kurasakan akan sirna secara perlahan. Seperti aku kehilangan jam tangan kesayanganku yang secara perlahan aku bisa lepaskan memoriku, sehingga aku bisa membiasakan diri dan akhirnya aku terbiasa. Terbiasa dan terbiasa. Itu yang bisa aku tunggu... Terbiasa...
Comments
Post a Comment